Next Post

Terkait Dugaan Penghinaan Adat Boronadu, Tokoh Dapil IV Gomo Melapor di Mapolres Nisel

IMG-20201021-WA0002

Kontras86.com | NISEL – Terkait dugaan penghinaan Budaya masyarakat Nias Selatan terkhusus Budaya Kecamatan Boronadu, tentang tradisi pemotongan leher ayam yang telah ada ratusan tahun lamanya diwilayah itu sendiri yang sempat viral baru-baru ini, seluruh tokoh masyarakat dapil IV Gomo Kabupaten Nias mendatangi Mapolres Nias Selatan, melaporkan dugaan penghinaan tersebut, Selasa (20/10/2020).

Kuat dugaan penghinaan Budaya lokal itu adalah salah satu oknum Paslon yang ikut kontestan pada Pilkada 9 Desember mendatang.

Hal ini dikatakan salah satu mewakili tokoh masyarakat Desa Sifalago Kecamatan, Bowoziduhu Sadawa, kepada beberapa rekan awak media usai membuat pelaporan di Polres Nias Selatan, mengatakan masyarakat dapil IV Gomo, telah melaporkan salah satu oknum paslon nomor urut 2 Ide-Sanolo, calon Bupati dan Wakil Bupati Nias Selatan, periode 2021-2024, terkait pernyataannya saat debat Paslon beberapa waktu lalu. Dimana, salah satu Paslon menyinggung soal pemotongan leher ayam, seakan-akan adat masyarakat kecamatan Boronadu menyembah berhala, ucap dia.

Lanjutnya, awal kejadian penghinaan itu,terjadi pada saat pengukuhan Tim Pasangan nomor urut 1 HD-Firman di Kecamatan Boronadu, dimana saat itu dihadiri seluruh tokoh masyarakat se-Kecamatan Boronadu dengan bersepakat mendukung pasangan HD-Firman, karena Firman Giawa, adalah anak putra Daerah Boronadu, yang juga sebagai Calon Wakil Bupati pasangan Hilarius Duha, ujarnya.

Tujuan pemotongan leher ayam tersebut, lanjut dia, adalah agar setiap masyarakat yang membelot dan ingkar janji dari apa yang telah disepakati, mengalami teguran, dan memang itu sudah menjadi adat leluhur desa Sifalago Gomo Kecamatan Boronadu.

Terkait pelaksanan adat itu kepada Paslon urut 1 HD-Firman, bukan karena ada pemaksaan kepada kami,adat seperti itu,sudah tradisi bagi kami bukan dadakan, artinya apabila sudah ada kesepakatan, maka wajib dilakukan pemotongan leher ayam, tujuannya bukan maksud penyembahan berhala seperti yang dituduhkan kepada masyarakat dapil IV Gomo, tegasnya.

Kemudian kami tersinggung dan merasa terhina juga atas status salah seoran , menuliskan di Facebook (FB)nya yang mengatakan, “Boronatu”, padahal, harusnya Boronadu. Kalau bahasa Boronatu itu, merupakan penghinaan besar yang dapat menimbulkan konflik,” tandasnya.

Oleh sebab itu, saya terapkan sekali lagi bahwa budaya pemotongan leher ayam itu, bukan hanya pada saat ini, namun hal itu sudah pernah dilakukan pada saat pembukaan Pesta Ya’ahowu pada masa jabatan Gubernur Sumatra Utara, alm. Raja Inal Siregar,bahkan saya sendiri jadi saksinya waktu dipotong leher ayam kala itu, imbuhnya.

Sekali lagi, dia menegaskan bahwa pemotongan leher ayam bukan untuk penyembahan berhala, namun tradisi yang harus dilakukan masyarakat Boronadu saat mengambil kesepakatan,” tandasnya.

Untuk itu, dia berharap agar pihak Polres Nias Selatan segera memproses laporannya, sehingga tidak menimbulkan masalah baru yang dapat menggangu keamanan masyarakat. (Dia.G)

infomerd

Adi Merdeka

Related posts

Newsletter

Silakan isi email dibawah ini

Iklan Samping

IMG-20241217-WA0006_mls34m2V5r
IMG-20241219-WA0020_BouabONW7o
IMG-20241216-WA0021_TnoKZgX40q
IMG-20241217-WA0012_HcKmKEFb1N
IMG-20241218-WA0009_0c3ZVy440D
IMG-20211218-WA0041_compress97
logo-pwi-antara
IMG_20201011_210144-720x375_compress67

Recent News