Kontras86.com | Lombok Barat – Para pelaku pariwisata di Kabupaten Lombok Barat menyambut baik wacana pemerintah membuka kembali sektor pariwisata di daerah setempat. Bahkan beberapa daerah juga sudah membuka tempat wisata secara terbatas. Di antaranya kawasan Ekowisata Mangrove Tanjung Batu di Desa Sekotong Tengah Kecamatan Sekotong, mulai dibuka terbatas hanya untuk masyarakat setempat, Kamis (4/6/2020) beberapa hari yang lalu.
Dibukanya tempat wisata tersebut sembari menunggu kajian Dispar Lombok Barat untuk membuka kembali tempat-tempat wisata. Kajian dilakukan menyusul tiga kawasan di NTB yang dibuka (tiga gili di Lombok Utara, Mandalika di Lombok Tengah, dan Pulau Moyo di Sumbawa).
Sejak dibuka, lokasi ekowisata mangrove ini ramai dikunjungi. Pengunjung tertarik melihat jalur lintasan yang terbuat dari kayu sepanjang 300 meter yang membelah pesisir pantai dan hutan mangrove. Pesona lain, pengunjung bisa mengabadikan momen dengan berfoto di tempat yang sudah disiapkan di lokasi itu.
Tak kalah menarik, keberadaan menara pantau setinggi 10 meter disiapkan khusus bagi pengunjung untuk melihat hamparan tanaman mangrove dan lautan. Pun, tempat makan disiapkan sajian kuliner di lokasi wisata. Membangun berbagai fasilitas itu, pihak desa menghabiskan anggaran sekitar Rp700 juta dana desa.
Dikonfirmasi terpisah, Kades Sekotong Tengah, L. Sarappudin menuturkan, pihaknya membuka lokasi wisata itu dengan tetap menerapkan standar protap kesehatan, seperti penyiapan tempat cuci tangan dan memasang imbauan bagi pengunjung memakai masker. Kemudian, mengimbau pengunjung tidak berkerumun dengan jumlah banyak untuk mematuhi penjarakan sosial. Tidak hanya bagi pengunjung saja, petugas di lokasi wisata juga memakai alat pelindung diri seperti masker. “Jadi kami sudah menerapkan standar protap kesehatan Covid-19 bagi pengunjung,” terang dia.
Pemdes Sekotong Tengah berani membuka lokasi wisata ini di tengah pandemi, masih kata Sarappudin, lantaran lokasi ini luas sehingga pengunjung tidak akan berkerumun. Pun, ia tidak ingin fasilitas wisata rusak akibat tidak dimanfaatkan. Masuk ke lokasi wisata, pengunjung cukup membayar Rp2000 per orang dengan ongkos parkir Rp1000 per kendaraan.
“Kami mendukung wacana pemerintah membuka lokasi wisata dengan protokol Covid-19. Hal ini bisa menghidupkan ekonomi masyarakat di tengah kondisi pandemi ini,” tegas Sarappudin.
Pendapat yang sama disampaikan Kepala Desa Sesaot, Yuni Hariseni, Minggu (7/6/2020). Rencana pemerintah daerah bakal membuka tempat wisata di Lobar, khususnya destinasi yang ada di Sesaot, Pakuan, dan Buwun Sejati (Sekawan Sejati). “Memang kalau kita lihat, sudah tiga bulan para pelaku wisata khususnya di Pusat Rekreasi Masyarakat (Purekmas) itu memang terdampak dengan perekonomian masyarakat,” tutur Yuni.
Kata dia lagi, para pengelola dan para pelaku wisata ini kerap kali menanyakan kepada Pemdes Sesaot, kapan akan dibuka kembali obyek wisata setempat.
“Ketika kita akan membuka tempat wisata ini sesuai dengan Surat Edaran, kita belum diberikan membuka kembali. Akan tetapi misalnya wisata ini hendak dibuka, tentunya persiapan-persiapan dari masyarakat kami khususnya di Desa Sesaot, dari pengelola dan pelaku wisata akan menyiapkan standar protokol kesehatan Covid-19,” jelasnya.
Menurutnya, standar protokol kesehatan Covid-19 di objek wisata, seperti APD, termogan, tempat cuci tangan, hand sanitizer, dan imbauan mematuhi protap kesehatan kepada para pengunjung. “Namun, ada kekhawatiran juga ketika wisata ini dibuka. Kami bisa prediksi para pengunjung akan membeludak, dalam artian banyak pengunjung yang datang berwisata,” katanya.
Selain itu, masih kata Yuni, ketika wisata ini akan dibuka pihak pengelola siap menerapkan pembatasan pengunjung, melakukan pengukuran suhu tubuh kepada pengunjung, pengunjung wajib pakai masker dan membatasi jam kunjungan kepada pengunjung untuk berwisata. “Pasti kita tetap menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Pun, standar protokol kesehatan guna memutus penyebaran Covid-19 ini,” ungkapnya.
Yuni menegaskan, pedagang yang berjualan di tempat wisata, pihaknya tetap akan mengarahkan dengan pola hidup bersih dan sehat, memakai masker dan sarung tangan. “Dengan rencana dibukanya kembali wisata ini, otomatis akan menghidupkan kembali perekonomian di masyarakat,” harapnya.
Merespons wacana pembukaan lokasi-lokasi wisata, Kepala Dispar Lobar, H. Saepul Ahkam mengutarakan, membahas hal itu pihaknya akan menghelat zoom meeting, pada Selasa (9/6/2020). Pada pertemuan daring itu, pihaknya akan mengundang 65 unsur terkait, terdiri dari semua pelaku hotel, restoran, pengelola taman wisata, kades yang punya tempat wisata, Pokdarwis, Dispar NTB, Polres Lobar, Polresta Mataram, dan Dikes Lobar.
“Kami ingin curah pendapat untuk penerapannya. Mencari solusi sudah saatnya kah kenormalan baru ataukah justru masih transisi menuju kenormalan baru? Tentu di situ protokol pencegahan Covid-19 kita kedepankan, tetapi sektor ekonomi juga tidak boleh kita tinggalkan,” terangnya.
Hasil dari rapat itu kemudian akan dibuat telaahan kepada pimpinan daerah dan Forkopimda untuk bisa ditetapkan secara bersama-sama terkait dibukanya tempat wisata dengan protokol pencegahan Covid-19. Ataupun ujicoba di beberapa tempat, atau tidak dulu membuka tempat wisata.
Prinsipnya, menurut Saepul Ahkam, tidak boleh berlarut-larut dalam persoalan Covid-19 dan melupakan denyut nadi roda ekonomi masyarakat. Bagaimanapun, kata dia, sektor pariwisata mampu menarik pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, sudah tiga bulan pariwisata mengalami kevakuman sehingga banyak sekali aspirasi yang muncul dari para pelaku wisata. Ada pula, kepala desa yang tidak sabar membuka lokasi wisata di wilayahnya. (Sas)