Kontras86.com | Lombok Utara – Bermain layangan di pematang sawah ternyata sudah menjadi tradisi semenjak lama dan diwariskan turun temurun di warga Kabupaten Lombok Utara, termasuk bagi warga Desa Jenggala, Kecamatan Tanjung.
Sudah sejak lama area sawah Kapu, sawah Langgem dan area-area sawah sekitarnya di Desa Jenggala Kecamatan Tanjung, selalu lebih ramai ketika musim kemarau, lantaran dimanfaatkan warga dalam berbagai usia, tua, muda maupun anak-anak untuk “melayangan” (bermain layang-red).
Ben, tokoh pemuda Desa Jenggala, mengutatakan, setiap musim kemarau terlebih bulan Ramadan, pematang sawah selalu jadi tempat favorit bagi warga untuk bermain layangan.
“Warga di sini tak cuma sekadar memainkan permainan tradisional melayangan, tetapi juga untuk mempererat tali silaturahmi,” cetus Ben, Minggu (21/06).
Setiap siang hingga sore, ada puluhan warga yang bermain layang-layang di pematang sawah. Warga setempat menamainya ‘melayangan’. Mulai dari anak-anak, pemuda sampai orang tua, semua berkumpul untuk memainkan mainan yang sempat terlupakan. Padahal melayangan itu permainan tradisional yang diwariskan turun temurun dari nenek moyang terdahulu.
“Ini permainan yang diwariskan nenek moyang kami terdahulu. Harus kita lestarikan biar tak tegusur permainan modern. Uniknya, tak hanya main layangan, tapi juga “maleq layang” (mengejar layangan-red) yang lepas dari benangnya, karena lepas sendiri atau putuh oleh layang lawan,” cerita Ben di sela-sela melayangan.
Menurutnya, bermain layangan juga menjadi ajang silaturahmi antarwarga. Rupanya bukan hanya warga Desa Jenggala saja yang datang untuk bermain layangan di pematang sawah. Sejumlah warga lain juga datang dari luar desa setempat.
Bahkan di beberapa tempat, masih cerita Ben, bermain layang ini justru dilombakan. Antusiasme warga menyaksikan orang bermain layangan juga cukup tinggi.
“Di KLU, di setiap kecamatan kita bisa lihat beberapa bulan ini. Sawah dan area terbuka lainnya ramai oleh aktivitas warga melayangan. Ini juga cara mereka mencegah corona virus. Mereka yang bermain layangan bukan hanya warga Desa Jenggala, tapi ada juga yang datang dari luar Desa,” pungkasnya.
Ben berharap tradisi bermain layangan tersebut tidak hilang, namun bisa lestari sebagai tradisi permainan tradisional saat musim kemarau atau bulan Ramadan.
“Semoga tradisi ini tidak hilang tergilas kemajuan zaman dan arus deras teknologi canggih yang semakin maju,” harapnya. (Sas)