Setelah pendidik mampu menguasai berbagai sarana online learning, maka akan muncul pemikiran mengenai metode dan model pembelajaran lebih bervariasi yang belum pernah diterapkan sebelumnya oleh guru. Misalkan guru membuat konten video kreatif sebagai bahan pengajaran. Dalam hal ini, guru lebih persuasif lantaran mendorong siswa semakin tertarik dengan materi yang diberikan melalui video kreatif tersebut. Siswa tentu akan dapat memahami apa yang dijelaskan oleh guru melalui video kreatif yang dibuat oleh gurunya. Dengan penerapan model pembelajaran di rumah, membuat siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran secara online.

Tak hanya itu, penggunaan teknologi untuk menyelesaikan tugas pada siswa dapat menimbulkan kreativitas di kalangan siswa dalam mengembangkan pengetahuan yang telah mereka peroleh. Dengan metode pembelajaran yang bervariasi, siswa dapat menciptakan suatu produk pembelajaran kreatif yang dapat mengembangkan pemikiran melalui analisis sendiri, tanpa keluar dari pokok bahasan materi yang telah disampaikan oleh guru.

Penggunaan media seperti handphone atau gadget, dapat dikontrol untuk kebutuhan belajar anak. Peran orang tua semakin dibutuhkan terkait pengawasan dalam penggunaan gadget. Hal tersebut tentu memberikan dampak positif bagi anak dalam memanfaatkan teknologi untuk hal-hal yang bermanfaat. Pada akhirnya, anak cenderung menggunakan handphone untuk mengakses berbagai materi pembelajaran untuk menyelesaikan tugas. Lalu, membuat anak dapat menghindari penggunaan gadget dari hal-hal yang kurang bermanfaat atau hal-hal negatif.

Namun demikian, pembelajaran jarak jauh bukanlah suatu hal yang mudah bagi peserta didik, pasalnya proses pembelajaran membutuhkan handphone/laptop, di mana tidak semua peserta didik mempunyai handphone dan laptop, belum lagi soal sinyal yang lelet menyebabkan lambatnya informasi didapatkan. Sebagian ada juga peserta didik yang kesulitan mendapatkan kuota internet karena faktor minimnya keuangan. Hal demikian menjadi tantangan tersendiri dalam mencari sumber informasi dari internet.

Meskipun praktis, namun tetap saja pembelajaran jarak jauh ini kurang efektif. Contoh kasus, guru memberikan tugas kepada peserta didik, sementara ada siswa yang mengerjakan dan ada pula siswa yang sama sekali tidak peduli dan tidak mau mengerjakannya. Barangkali bagi beberapa peserta didik, termasuk saya, cermin diri siswa seperti digambarkan di atas adalah hal yang biasa terjadi pada dunia pendidikan di Indonesia. Belajar di sekolah juga tidak menjamin semua siswa bertanggungjawab pada tugas yang diberikan oleh guru. Pasti ada saja sebagian siswa tidak mengerjakan tugas. Apalagi dengan pola pembelajaran jarak jauh, peserta didik yang tidak mengerjakan tugas sudah barang tentu ada, bahkan mungkin banyak. Tak ada yang dapat menjamin masalah seperti ini tak terjadi. Terlebih lagi dengan pelbagai keterbatasan dan hambatan. Hal-hal itu tak ayal menjadi kenyataan empiris cerminan peserta didik saat ini. Suatu permasalahan yang membuktikan, bahwa pembelajaran jarak jauh memang kurang bahkan tidak efektif. Bisa dibayangkan, siswa diliburkan selama beberapa bulan dan selama itu pula siswa sama sekali tidak pernah mengikuti proses pembelajaran. Ketika diberikan tugas hanya sebagian kecil saja yang mengerjakannya. Hal ini tentu menjadi suatu hal yang sangat merepotkan guru dalam melakukan penilaian bagi peserta didik yang tidak pernah mengerjakan tugas.

Masalah lain di media sosial (medsos), saya sering menemukan keluhan peserta didik terkait pembelajaran jarak jauh/belajar online selama pandemi Covid-19 ini. Sebagian besar mereka mengeluhkan tugas yang bejibun dan berdatangan tanpa jeda, dikarenakan jadwal yang tidak teratur. Saban waktu, secara kebetulan saya membuka medsos. Saya menemukan keluhan seorang siswa dengan cuitan, “belum selesai satu tugas nambah lagi tugas baru,” tulisnya. Ia mengeluhkan tugas dari beberapa gurunya. Berdasarkan keluhan itu dapat disimpulkan, bahwa belajar jarak jauh dengan sistem online memang merepotkan, baik bagi siswa-siswi maupun para guru.

Meskipun merepotkan, belajar adalah perkara wajib bagi siswa dan siswi baik di rumah, sekolah maupun di mana saja karena tanpa belajar seseorang tidak akan pernah tahu apapun. Dalam proses pembelajaran jarak jauh (online), sebagai siswa harus mengerjakan setiap tugas dari guru. Apabila ada soal yang tidak dimengerti misalnya, maka tanyakanlah kepada guru yang memberikan tugas atau teman yang lebih mengerti. Demikian pula, jika tugas terlalu banyak diskusikan dengan ibu/bapak guru yang memberi tugas agar diberi waktu tambahan. Setiap guru pasti akan mengerti apalagi di tengah wabah corona yang telah kmenjadi momok bagi semua orang saat ini, tanpa terkecuali. Sebaliknya, jika kita takut bertanya atau berdiskusi, maka akan merepotkan diri sendiri. Jadi, jangan pernah takut untuk menyampaikan sesuatu hal yang belum kita pahami. Semangat para guru dalam mengajar meskipun dengan menggunakan media elektronik sepatutnya membuat kita bangga, lantaran mereka tidak henti-hentinya mentransformasikan ilmu kepada peserta didiknya. Bahkan, ada guru yang rela datang ke rumah peserta didik demi menyampaikan pelajaran, suatu bentuk pengorbanan guru yang luar biasa dan layak diancungi jempol atau angkat topi.

Kesimpulannya, siswa sebaiknya harus sadar dan tetap bersemangat untuk belajar meskipun jarak jauh di tengah pandemi wabah Covid-19. Jikapun kita kangen suasana kelas dan teman-teman sekelas ataupun kangen pada wali kelas misalnya, itu adalah hal yang wajar. Namun, jangan pernah mengeluh apalagi menyalahkan keadaan, sebab wabah ini merupakan ketetapan Tuhan YME. Jadi, nikmati dan jalani prosesnya, serta tetap patuh pada aturan yang ditetapkan oleh pemerintah agar Covid-19 ini dapat secepatnya berakhir. Dan, belajar semata-mata untuk diri sendiri, untuk masa depan kita sendiri, dan bukan untuk orang lain. (Sas)