Kontras86.com | Palembang – Dalam rangka Refleksi Akhir Tahun Pengurus Koordinator Cabang Pegerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Sumatera Selatan menggelar Webinar yang mengangkat judul besar yaitu “Indonesia Tanpa Radikalisme”, pada Rabu (23/12/2020) malam kemarin.
Kegiatan yang dilaksanakan secara online melalui Aplikasi Zoom Meet tersebut dihadiri oleh Anggota PMII dari berbagai, juga kalangan mahasiswa maupun pemuda dari berbagai instansi dan organisasi se Indonesia.
Webinar yang dimulai pukul 19.30 WIB sampai dengan selesai pukul 22.00 WIB, acara tersebut dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars PMII secara serentak, dibuka dengan Doa dan diawali dengan Kata Pengantar dari Ketua Umum PKC PMII Sumsel. Kegiatan tersebut menghadirkan berbagai narasumber dari beberapa bidang dan substansi nya masing-masing, baik dari tokoh agama, politisi, birokrasi, bahkan sampai tokoh akademisi. Diantaranya narasumber yaitu Ustadz M Syueb Sekretaris Tanfidziyah PWNU SUMSEL, Dr M Adil MA Wakil Rektor I UIN Raden Fatah Palembang, Sutami Ismail SAg Anggota DPRD Kota Palembang, Dr Syaefudin Latief SAg MSi Kabag Humas Kemenag Sumsel dan Dr Darul Abror MPdI Wakil Rektor III STAI As Shiddiqiyah OKI dan Diskusi tersebut dipandu oleh Moderator Rudianto Widodo SPd.
Husin Rianda SH MH yang merupakan Ketua Umum PKC PMII Sumsel langsung memantik diskusi lewat kata pengantarnya pada acara webinar tersebut. Beliau mengatakan bahwa Gerakan dan Paham Radikalisme ini menjadi salah satu momok yang menakutkan selain Korupsi dan Peredaran Narkotika di Negeri ini. Penyebaran paham-paham radikalisme sudah mulai masuk ke seluruh tingkatan jenjang pendidikan, baik dari TK/TPA PAUD bahkan sampai Sekolah Menengah, melalui pelajaran-pelajaran yang telah di susupi paham-paham radikalis. Begitu juga paham radikalis sudah sampai kepada seluruh lapisan masyarakat yang disebarkan melalui majelis-majelis berkedok agamis.
“Kami dari Pengurus PKC PMII Sumatera Selatan melakukan inisiasi membuat webinar supaya kita semua paham akan bahayanya Gerakan Radikalis yang dapat memecah belah Bangsa, kita selaku pemuda wajib hadir sebagai pemberi solusi dan menciptakan rekomendasi tentang cara penanganan gerakan radikalisme dan pencegahan paham radikalis yang harus kita lawan secara masif. Semoga kegiatan ini dapat bermanfaat dan kita tindaklanjuti di kemudian hari,” tutur Husin.
Kemudian dilanjutkan pemaparan materi sebagai pemberian pemahaman dari berbagai narasumber, diantaranya masing-masing menuturkan.
Ustadz M Syueb selaku Sekretaris Tanfidziyah PWNU Sumsel mengatakan bahwa, sebagai tokoh ulama yang menjelaskan tentang “Indonesia tanpa radikal.
“Pada zaman nabi terjadinya perang karena adanya kepentingan perkelompok sehingga terjadi perang tersebut. Negara Indonesia yaitu terikat dengan NU negara kesatuan berpancaskan pancasila dimana pancasila memiliki nilai nilai yang terkandung dalam agama Islam. Menjelaskan juga sebab terjadinya provokasi oleh kelompok kelompok tertentu dan dimana era digital sekarang bisa menyebabkan provokasi tentang informasi isu agama sehingga bisa menyebabkan terpecah belah antara satu sama lain,” ucapnya.
Dr M Adil MA selaku Wakil Rektor I UIN Raden Fatah Palembang juga menuturkan bahwa “Indonesia sudah diprediksi bahwasanya setelah aksi 98, Indonesia akan runtuh. Namun, dikarenakan Indonesia memiliki landasan pancasila dan asas Bhinneka Tunggal Ika yang membuat Indonesia tetap bertahan sampai saat ini yang tentunya di negara-negara lain tidak memiliki landasan ini,” terangnya.
Sutami Ismail SAg selaku Anggota DPRD Kota Palembang menyampaikan bahwa persoalan Islam radikal sudah menjadi persoalan politik bangsa-bangsa. “Dalam konteks pemikiran politik global, realitas politik standar ganda dan sekutunya merupakan sumbu pemicu yang menyulut berkembangnya radikalisme Islam. Paradigma radikalisme terus dikembangkan menjadi terorisme untuk dapat menghancurkan Islam yang telah diklaim menjadi ancaman serius bagi mereka. Kita juga sangat menyayangkan apabila ada oknum yang tidak bertanggungjawab yang mau memanfaatkan gerakan Radikalisme untuk kepentingan politik individu maupun kelompoknya,” katanya.
Dr Darul Abror MPdI selaku Wakil Rektor III STAI As Shiddiqiyah OKI Menjelaskan dominasi tentang ideologi dimana penjelasan ini menyinggung tentang gejala radikal, yang pertama tentang pemahaman agama islam itu diukur hanya sebatas sebagai cara pandang masyarakat.
“Radikal itu sendiri orang yang terlalu fanatik terhadap agama sehingga bisa menciptakan kaum diradikal dimana radikal sendiri memiliki beberapa jenis pertama radikal yang sering membenarkan diri sendiri dan selalu menyalahkan orang lain dan radikal ideologis dimana menolak asas pancasila,” ucapnya.
Dr. Syaefudin Latief,. M.Si selaku Kabag Humas Kemenag Sumsel juga memberikan pemahaman tentang radikalisme. Ia menjelaskan radikal adalah dapat diartikan sebagai pemaksaan kehendak.
“Faktor besar yang mempengaruhi radikal adalah faktor politik. Banyak macam yang sudah terjadi di Indonesia seperti Perang saudara dan yang lebih dikhawatirkan adalah perang pemikiran yang mengacu pada radikalisme yang dapat memecah belah bangsa Indonesia. Kita dari jajaran Birokrasi sebetulnya sudah berupaya melalui kebijakan dan program Moderasi Beragama misalnya yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama RI untuk melakukan upaya Deradikalisasi,” katanya.
Kegiatan tersebut kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu oleh moderator dengan penanya dari lintas daerah yaitu Mahasiswa Pascasarjana Universitas Nasional Jakarta, Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang, Mahasiswa Universitas Islam Riau, dan Mahasiswa STAI Baturaja Sumsel. Sesi tanya jawab tuntas dijawab oleh narasumber yang sangat luar biasa.
Kemudian hasil daripada diskusi tersebut disimpulkan oleh Rudianto Widodo, selaku Moderator pada acara tersebut. Dia menyimpulkan bahwa akan menciptakan rekomendasi bahwa dalam momentum Refleksi Akhir Tahun PKC PMII Sumsel menyepakati untuk melawan Paham dan Gerakan Radikalisme di semua lini.
“Kita akan bersinergi dengan pihak manapun untuk mencegah gerakan-gerakan yang dapat merusak kerukunan dan persatuan Indonesia ini, salah satunya siap menjemput program-program organisasi Masyarakat maupun Pemerintah dan mensosialisasikan bahayanya Gerakan Radikalisme melalui media-media online yang sangat mudah diakses untuk menjadi gerakan yang masif. Jika ada satu alasan untuk membenarkan Paham Radikal merajalela, kita siapkan 1000 alasan positif untuk menjaga Keutuhan NKRI, karena Indonesia adalah tanggungjawab kita bersama,” tutup Widodo. (Irwan)