Kontras86.com | NTB – Webinar belajar tangkal Covid-19 kembali diselenggarakan oleh Jejaring Media Siber Indonesia (JMSI) pusat. Kali ini, Negara hebat yang dijadikan referensi adalah Korea Selatan.
Menghadirkan Duta Besar RI untuk Korea Selatan (Korsel), Y.M. Umar Hadi. Dipandu oleh CEO RMOL Network, Teguh Santosa dan pengantar oleh Ketua Umum JMSI, Mahmud Marhaba, diselenggarakan hari ini, Kamis (18/6), mulai pukul 15.00-17.00 Wita.
Dalam kesempatan tanya jawab, Sekretaris JMSI NTB, Abdul Rasyid Zaenal kepada Dubes Korsel mengatakan NTB sejatinya belum pulih dari musibah gempa bumi di tahun 2018 lalu, dan kini di tahun 2020 dilanda musibah baru yaitu Covid-19.
‘’Seperti kita ketahui bersama NTB adalah salah satu provinsi yang terkenal dengan pariwisatanya. Dengan kondisi dilanda pandemi seperti ini, kami harus banyak belajar dengan Korsel menghadapi New Normal, khususnya di sektor pariwisata,’’ kata Sekretaris JMSI NTB, Abdul Rasyid Zaenal.
Pemerintah Daerah NTB, lanjut Rasyid, demikian Abdul Rasyid Zaenal biasa disapa, di mana secara continue dan massif terus melakukan promosi pariwisata sampai ke segala penjuru dunia.
Adanya wabah Covid-19 ini, imbasnya sangat jelas dirasakan hingga melumpuhkan semua sektor, termasuk pariwisata. NTB di sektor pariwisata ini, Pemerintah Daerah NTB sudah mulai melakukan upaya untuk membuka kembali destinasi wisata. Terbukti dengan mulai dilakukannya ‘’Gili Gets Ready For New Normal Tourism’’.
‘’Kami ingin NTB kembali bangkit lewat kerja sama B to B (business to bussines) dengan Pemerintah Korea Selatan (Korsel) untuk membangkitkan geliat wisatawan Mancanegara agar berbondong-bondong berkunjung ke Provinsi NTB yang memiliki alam yang sangat menakjubkan,’’ ujarnya.
Menjawab pertanyaan itu, Dubes Korsel, Y.M. Umar Hadi mengatakan, memang industri pariwisata salah satu yang sangat terpukul dengan adanya wabah ini. Seluruh dunia merasakannya, tak terkecuali bagi Korsel sendiri.
‘’Pandemi seperti ini sampai Nami Island (tempat wisata paling popular di Korsel) pun sepi, bahkan sekarang tutup. Fasilitas yang dikontrol pemerintah ikut tutup semua. Karena di Korea Selatan sendiri kebanyakan turis yang berkunjung didominasi dari Tiongkok,’’ katanya.
Persolannya sekarang, lanjut Dubes Korsel, kalaupun dibuka semua akses pariwisata, masalah yang timbul bagi turisnya bukan yang datang ke Indonesia, melainkan yang pulang ke negaranya.
‘’Misalnya bisa saja Bali dan Lombok dibuka, mendekati libur musim dingin ini banyak permintaan untuk itu. Tapi masalahanya selesai liburan dari Indonesia, pulangnya akan dikarantina selama 14 hari. Apa mau turis dikarantina?,’’ katanya dengan nada tanya.
Yang menjadi perhatian semua, bukan hanya sekadar membuka sektor pariwisata, tapi juga harus mempertimbangkan faktor kesehatan dan keselamatan dari turis itu sendiri maupun orang-orang yang terlibat dalam industri tersebut.
Dubes Umar Hadi menjelaskan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sedang menyusun peraturan tentang langkah-langkah bagaimana kalau pariwisata harus dibuka dan apa pertimbangannya. ‘’Jadi, memang tidak bisa asal sekadar buka, makanya dibilangnya New Normal. Kita tidak bisa back to normal, tapi harus moving forward supaya betul-betul menjaga kesehatan dan keselamatan semua yang terlibat,’’ ujarnya.
Webinar berduransi 2 jam itu diikuti juga oleh tokoh-tokoh pers seluruh Indonesia. Sementara dari NTB diikuti oleh Ketua JMSI NTB, Boy Mashudi; Sekretaris, Abdul Rasyid Zaenal; Wakil Sekretaris, Arif Marsudi; Humas, Sigit Nurianto; Staff Sekretariat, Adistya, dan Penasehat JMSI NTB, H Rudi Hidayat, H Alam Basri. (Sas)